BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS »

Friday 13 September 2013

Masalah Poligami Dalam Islam

Masalah Poligami Dalam Islam

Bismillah.

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Dengan tulisan ini saya ingin untuk ikut sedikit berdiskusi & berbagi info sebatas pengetahuan saya tentang permasalahan poligami, yg tentunya sangat terbatas ini, pada sohib2x sesama muslim maupun yg non muslim. Tulisan ini saya buat pada saat perdebatan tentang poligami sedang hangat2xnya di televisi beberapa waktu yg lalu.

Poligami adalah sistem pernikahan dimana seseorang memiliki pasangan menikah lebih dari satu orang. Poligami sesungguhnya bisa dilakukan baik oleh pria ataupun wanita. Yang dilakukan oleh pria dinamakan Polijini, sedangkan yg dilakukan oleh wanita disebut Poliandri. Tetapi karena poliandri sangat sedikit sekali dilakukan orang, maka kebanyakan pemahaman orang tentang poligami adalah pria yg beristri lebih dari satu. Maka dalam pembahasan ini secara umum bila menyebut poligami maka yg dimaksud adalah polijini.


Poligami dalam Islam

Banyak orang berpendapat bahwa melakukan poligami adalah sesuatu hal yg dianjurkan dalam agama Islam, bahkan ada juga yg menganggapnya suatu yg wajib & mempunyai nilai religius lebih besar dibandingkan yg melakukan monogami. Apakah benar demikian?

Dalam Al-Qur’an surat : An-Nisaa’ ayat 3 & An-Nisaa’ ayat 129 disebutkan (terjemahannya) :

“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”
Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Dalam surat An-Nisaa’ ayat 3 diatas disebutkan seorang pria muslim bisa menikahi 2, 3, atau 4 wanita. Tetapi kemudian disebutkan juga bahwa bila seorang pria muslim kuatir tidak dapat berlaku adil, maka hendaknya ia hanya menikahi satu orang wanita saja.

Point penting terdapat pada bunyi ayat lainnya di surat yg sama (ayat 129), dimana disebutkan bahwa seorang pria (dg segala keterbatasan manusiawinya) tidaklah mungkin dapat berbuat adil (maksudnya benar2x 100 persen adil).

Maka sesungguhnya makna dari ayat tersebut insyaallah sbb :

Karena sesuai dg fitrah manusia yg tidak mungkin dapat sepenuhnya berbuat adil, maka pilihan terbaik bagi kebanyakan pria secara umum adalah menikah dg hanya satu wanita saja (monogami). Sekalipun demikian, menikahi lebih dari satu wanita tetap diperbolehkan bila terpenuhi kondisi & syarat2x tertentu. Dan syarat2x yg ditetapkan Islam tidaklah mudah. Sedangkan untuk kata “adil” yg dipakai di ayat tsb saja menurut seorang ulama, dalam bahasa aslinya mempunyai setidaknya 4 arti yg berbeda.

Karena itu, poligami sebenarnya bukanlah sebuah hukum keharusan, melainkan sebuah pengecualian. Dalam Islam ada 5 kategori hukum :

  1. Fardu –> artinya kewajiban
  2. Mustahab –> artinya disunnahkan atau dianjurkan
  3. Mubah –> artinya diperbolehkan
  4. Makruh –> artinya tidak dianjurkan
  5. Haram –> artinya dilarang

Poligami dalam hal ini mestinya berada pada hukum yg paling tengah, yaitu : Mubah atau diperbolehkan. Jadi tidak berarti bahwa beristri lebih dari satu adalah lebih baik daripada beristri hanya satu saja.


Mengapa Islam membolehkan praktek poligami (polijini) ?

Beberapa alasan Islam membolehkan Poligami :

1. Islam & Al-Qur’an adalah suatu tuntunan yg diturunkan Tuhan untuk seluruh umat manusia dan untuk sepanjang jaman. Itu artinya bahwa ajaran Al-Qur’an harus dapat diterapkan pada siapa saja, di mana saja, dan pada waktu kapan saja. Jadi hukum2x didalamnya harus dapat diterapkan pada berbagai lingkungan sosial & masa yg berbeda, misalnya pada umat jaman nabi Muhammad yg masih lazim menikah dg banyak istri, maupun umat pada jaman sekarang yg sudah banyak berpaham monogami.

2. Sekalipun umumnya sekarang kebanyakan orang (termasuk orang Islam) sudah berpaham monogami, poligami tetap dibolehkan dalam Islam sebagai sebuah “jalan keluar” untuk suatu alasan & kepentingan tertentu yg tidak bertentangan dg ajaran agama, misalnya :

- Seorang pria yg menginginkan anak, sedangkan istrinya mandul

- Seorang pria yg mempunyai istri yg sakit2xan & tidak mampu melayani suaminya dg baik secara semestinya

- Kebutuhan seksual pria yg secara umum lebih besar dari wanita, termasuk tidak adanya masa menopause bagi pria seperti umum terjadi pada wanita pada usia sekitar 40 – 50 th.

- Berlebihnya jumlah wanita di suatu daerah dibanding jumlah pria-nya (dibahas lebih detail pada point nomor 4)
- Dan masih ada beberapa alasan lagi yg mungkin membutuhkan adanya pernikahan poligami

3. Sesuai dg surat An-Nisaa’ : 3 tadi, bahwa poligami yg dibolehkan dalam Islam adalah “poligami terbatas”, yaitu tidak boleh lebih dari 4 istri. Sedangkan pada jaman sebelum turunnya ayat tsb seorang pria lazim bisa berpoligami secara tidak terbatas, bahkan bisa puluhan atau bahkan bisa mencapai seratus orang istri. Di sini terlihat aturan poligami dalam Islam juga berfungsi untuk mengatur dan membatasi seorang pria untuk tidak berpoligami secara tidak terbatas yg bisa melebihi kemampuannya sebagai suami, ayah, dan kepala rumah tangga.

4. Secara rata2x, jumlah wanita di dunia lebih banyak daripada pria. Hanya di beberapa daerah tertentu di dunia ini yg tercatat memiliki jumlah populasi pria lebih banyak dari wanitanya, seperti di beberapa daerah di China & India. Tetapi itupun terjadi secara tidak normal, maksudnya di daerah2x tsb mempunyai kondisi sosial dimana orang menganggap jauh lebih berharga mempunyai anak laki2x daripada anak perempuan, yg mengakibatkan banyaknya terjadi pembunuhan bayi/janin saat orang tuanya mengetahui kelaminnya adalah wanita. Data populasi penduduk di berbagai belahan dunia secara umum juga selalu menunjukkan kelebihan jumlah wanita dibanding pria. Misalnya : di Amerika Serikat jumlah wanita kelebihan 7,8 juta jiwa. Kota New York saja kelebihan populasi wanita 1 juta orang, sementara 1/3 dari penduduk prianya adalah kaum gay (yg tidak akan menikahi wanita). Secara keseluruhan Amerika saja memiliki jumlah pria gay lebih dari 25 juta orang! Dan bila di Amerika seluruh pria “normal” sudah memiliki satu istri, maka masih akan ada sekitar 30 juta wanita yg tidak mendapatkan suami. Inggris juga kelebihan 4 juta populasi wanita, Jerman 5 juta wanita, dan di Rusia kelebihan 9 juta. Itu masih diluar jumlah para pria gay yg tidak akan menikahi wanita. Hal ini bisa menimbulkan masalah yg serius dimana ada sekian banyak jumlah wanita yg tidak akan mendapatkan suami bila semua pria hanya menikah dg satu wanita saja. Dan Islam mempunyai solusi untuk permasalahan ini.

5. Dan masih ada beberapa alasan lainnya yg relevan dg ajaran Islam yg membolehkan poligami terbatas, seperti kenyataan populasi di dunia yg cenderung mendukung kondisi jumlah wanita menjadi lebih banyak dari pria, seperti :

  • Banyaknya perang di berbagai daerah yg berkecenderungan memakan banyak korban pria daripada wanita (pernah ada demonstrasi para wanita di beberapa daerah di Eropa setelah PD II karena hukum yg tidak membolehkan poligami, sedangkan banyak sekali terdapat janda2x akibat perang yg sangat menghancurkan itu),
  • Anak lelaki yg meninggal lebih banyak dari anak wanita,
  • Banyaknya kegiatan yg umum dilakukan pria lebih beresiko kematian daripada wanita, seperti pada kemiliteran, pekerjaan kasar, beberapa cabang olahraga, dll.
  • Serta masih ada beberapa alasan lagi yg secara logis & ilmiah dapat mendukung dibolehkannya praktik poligami.

Poligami dalam berbagai agama

Banyak orang berpendapat bahwa hanya agama Islam-lah yg membolehkan umatnya untuk melakukan poligami, sedangkan dalam agama2x lain tidak boleh. Hal ini membuat ada orang yg menganggap Islam tidak menghargai hak2x wanita secara setara dg pria (terutama para aliran feminis), termasuk juga dimanfaatkan oleh golongan2x tertentu untuk mendiskreditkan Islam sbg agama yg tidak menghargai wanita (Saya dapat menjelaskan banyak hal secara luas tentang topik penghargaan pada wanita dalam pandangan Islam & agama2x lain untuk meluruskan pandangan tsb, tapi itu pembahasan lain, di sini kita hanya akan membahas tentang poligami).

Benarkah pendapat demikian? Benarkah poligami hanya ada di agama Islam? Ada beberapa hal yg bisa kita perhatikan di sini :

Al-Qur’an adalah “satu-satunya” kitab suci dalam agama2x di dunia yg terdapat penyataan tegas –> “menikahlah dengan satu orang wanita saja” (An-Nisaa’ : 3). Tidak satupun kitab suci dalam agama2x lain di dunia yg memerintahkan seorang laki2x untuk hanya menikah dg satu orang wanita saja. Juga di sana tidak ada batasan dalam melakukan poligami seperti disebutkan di ayat tadi. Di dalam kitab2x seperti Weda, Ramayana, Mahabarata, Talmud, dan juga Injil, kita tidak akan menemukan batasan kepemilikan istri. Contoh lebih detailnya sbb :

  • Banyak agamawan Hindu yg mempunyai banyak istri menurut kitab suci mereka, misalnya : raja Dashrat ayahanda Sri Rama punya 4 istri (Vishnusutra Ch. 24 V. 1), Krisna juga demikian dengan memiliki 16100 istri ! (Mahabarata Anushasana Parva Sec. 15). Baru pada tahun 1956 di India dikeluarkan undang2x Hindu Marriage Act yg melarang memiliki istri lebih dari satu. Jadi bukan kitab suci Hindu yg melarang pernikahan poligami, tapi para pemimpin umatnya. Juga dalam data pemerintah India, terdapat data poligami dari seluruh penduduk India, bahwa dalam kurun waktu 10 tahun dari tahun 1961 – 1971 orang muslim yg berpoligami sebanyak 4.31% dari jumlah komunitasnya, sedangkan orang Hindu yg poligami adalah sebanyak 5.06% dari jumlah komunitasnya. Ternyata dalam kondisi undang2x yg seperti itu, persentase umat Hindu yg berpoligami dalam komunitasnya adalah lebih banyak dari persentase umat Islam yg berpoligami dalam komunitasnya.
  • Dalam kitab Talmud (kitab suci Yahudi) secara khusus membolehkan orang awam beristri empat, sementara raja2x diperbolehkan beristri hingga 18 orang. Kenyataannya Yahudi tidak menghapuskan hak seorang laki2x untuk memiliki sejumlah istri secara bersamaan hingga hukum terkenal dari Rabbi Gershom bin Yehudah (960-1030) yg mengeluarkan dekrit yg melarang praktek poligami. Tapi setelah itupun masih terdapat kelompok2x Yahudi yg masih terus berpoligami, seperti komunitas Sephardic yg hidup di beberapa negara Islam terus mempraktekkan poligami sampai akhir tahun 1950-an hingga dikeluarkannya Act of the Chief Rabbinate of Israel yg melarang seorang laki2x Yahudi beristri lebih dari satu. Sedang di dalam kitab Perjanjian Lama Kristen yg terdapat cerita sejarah & kehidupan umat Yahudi, banyak sekali terdapat kisah pria2x yg beristri lebih dari satu, termasuk para raja, nabi, & orang2x suci lainnya, tanpa ada satu-pun ayat yg mencela perbuatan mereka, termasuk dari Yesus Kristus & nabi2x lainnya. Bahkan poligami di sana dilukiskan sangat ekstrim dg adanya pria2x yg beristri puluhan sampai ratusan orang (mis : raja Salomo – dlm Islam nabi Sulaiman – punya 700 istri & 300 gundik. Baca : 1 Raja-raja 11 : 1-3, dan masih banyak lagi contoh lain).
  • Dalam gereja2x Kristen awal, poligami terus dipraktekkan selama beberapa abad setelah kepemimpinan Yesus Kristus, dan bahkan didukung oleh beberapa tokoh yg dikenal sbg Bapa-bapa Rasuli (Apostolic Fathers). Seperti yg tercermin dalam tulisan2x Agustinus, uskup Hippo dan seorang Santo yg ditasbihkan oleh gereja Katolik Roma : “Guna menyediakan keturunan2x yg jumlahnya memadai, praktik seorang laki2x memiliki beberapa istri pada waktu yang sama tidak boleh dijadikan keberatan…” (Perintah Kristen)

“… kami membaca bahwa banyak perempuan meladeni satu suami, ketika keadaan sosial bangsa tersebut membolehkannya, dan tujuan masa itu mengharuskannya demikian, karena tidak ada yg bertentangan dengan sifat2x pernikahan.” (Pernikahan De Bono).

Selain itu juga ada beberapa contoh pendukung lain dari data sejarah :

  • Th 726, Paus Gregory II telah mengirimkan misionaris ke suku2x Jerman yg salah satu ajarannya adalah membolehkan seorang suami untuk mengambil istri lagi jika istrinya yg pertama lemah dalam hubungan seksual & si suami tidak mendapat kepuasan dengannya.

  • Karlemagne (742-815), Kaisar Romawi Suci, memiliki 2 istri & banyak gundik, dan menetapkan hukum yg melegalkan poligami, bahkan bagi para pendeta.

  • Reformasi Protestan juga mencerminkan poligami yg didukung gereja ke dalam kekristenan, misalnya : aturan Anabaptis di Munster Jerman th 1531-1534 dimana poligami malah diharuskan jika ingin jadi orang Kristen sejati. Kedua, Dakwah Bernardino Ochino pada abad 16 di Polandia. KetigaMartin Luther-pun menyatakan bahwa ia tidak dapat menemukan larangan Alkitab terhadap poligami, dan menyetujui pernikahan poligami Philip dari Hesse dan menyarankan Raja Henry VIII untuk mengambil istri kedua daripada menceraikan istri pertamanya. Rekan Martin Luther, Philip Melanchton (1497-1560) juga mendukung poligami raja Henry VIII

  • Baru pada tanggal 11 Nopember 1563, pada Konsili Trento, Gereja Katolik Roma melarang poligami tanpa kecuali.

  • Pada 1650, menyusul perang Tiga Puluh Tahun, pemerintah Kristen di Nuremburg (Jerman) meloloskan sebuah hukum yg membolehkan seorang laki2x memiliki 2 orang istri.

  • Pada abad ke 17 di Amerika, poligami dipraktekkan oleh kelompok kristen Joseph Smith, dan masih terus dipraktekkan hingga saat ini oleh beberapa sempalan kelompok tsb.

  • Bahkan pada hari ini, setidaknya ada 2 cabang Kristen di Afrika mengakui poligami, termasuk Legiun Gereja Maria dan Gereja Otonom Ortodoks Afrika di Selatan Sahara.

Poliandri

Lantas kalau Poligami (polijini) dibolehkan dalan Islam, kenapa poliandri tidak diperbolehkan?

Dilarangnya poliandri dalam agama Islam berlandaskan pada surat An-Nisaa’ ayat 22-23, yg menjelaskan wanita2x yg boleh & tidak boleh dinikahi. Dan pada ayat 24 dijelaskan bahwa tidak boleh menikahi seorang wanita yg bersuami.

Islam mendasarkan ajarannya pada persamaan hak antara pria & wanita. Tetapi persamaan hak yg dimaksud di sini bukanlah seperti yg sekarang banyak diteriakkan secara membabibuta oleh para pejuang feminis, yaitu secara mutlak & total. Persamaan hak pria & wanita dalam Islam adalah ditempatkan pada porsi yg semestinya sesuai kodrati yg berbeda antara pria & wanita. Ada bidang2x tertentu dimana justru tidak pada tempatnya untuk menyamakan posisi pria & wanita. Misalnya : kalau seorang karyawati berhak mendapatkan cuti hamil selama 3 bulan penuh, apakah seorang pria juga berhak menuntut hak yg sama? Tentu saja tidak. Secara umum hampir semua orang juga setuju pembebanan pekerjaan juga tidak semuanya dapat diberlakukan sama antara pria & wanita, misalnya utk pekerjaan keras & kasar spt kuli, tukang becak, beberapa cabang olahraga, militer, dan masih banyak lagi, juga tidak selayaknya disamakan porsinya antara pria & wanita yg mempunyai perbedaan dalam kekuatan fisik, otot, & psikis-nya. Sangat banyak contoh2x lain yg juga mendukung bahwa persamaan hak bukanlah berarti meniadakan perbedaan kodrati antara pria & wanita.

Dalam hal ini, Poliandri dilarang dalam Islam karena beberapa hal sbb :

1. Kejelasan benih & garis keturunan. Bila seorang pria berpoligami, maka anak2xnya dari istri yg manapun tetap mempunyai status kejelasan dalam asal benih & garis keturunannya. Hal yg sama tidak dapat terjadi apabila yg berpoligami (poliandri) adalah wanitanya. Akan sangat sulit buat menentukan si anak mendapatkan benih dari ayah yg mana, dan siapa ayahnya yg sebenarnya sbg garis keturunan bila si ibu berpoliandri. Dalam banyak kasus baik sehubungan dg masalah sosial budaya ataupun masalah kejiwaan si anak, hal itu bisa mengakibatkan kekacauan tatanan hidup sosial di lingkungannya & gangguan mental yg melekat pada si anak sampai dewasa nanti. Hal ini juga sudah diakui oleh dunia psikologi. Memang pada masa sekarang kita sudah dapat menentukan garis keturunan seorang anak melalui test DNA. Tetapi test itu belum umum di masyarakat, mahal, & menuntut konsekuensi psikologis dari orang tuanya. Lagipula teknologi itu baru ditemukan pada abad 20, lantas bagaimana dg sekian belas abad yg sebelumnya? Orang akan kesulitan untuk menentukan garis keturunan seseorang bila menerapkan parktik poliandri.

2. Seorang pria lebih mempunyai jiwa poligami secara alamiah daripada wanita. Hal ini sudah dibuktikan dalam berbagai penelitian yg pernah dilakukan, dan bahkan ada penelitian terbaru yg menyatakan bahwa kecenderungan untuk berpoligami itu sudah ada dalam gen bawaan setiap pria. Sementara secara umum pandangan asli dari kebanyakan wanita adalah tidak adanya kecenderungan alami untuk berpoligami. Banyak angket2x yg terbuka maupun yg tertutup juga mengindikasikan hal yg sama, dimana para pria yg menyatakan cenderung punya keinginan berpoligami adalah jauh lebih besar daripada yg wanita. Mengenai gen bawaan untuk berpoligami, ada sebuah lelucon yg juga masih sedikit logis, yaitu bahwa wanita diciptakan dari tulang rusuk pria, bukan pria diciptakan dari tulang rusuk wanita, dan tulang rusuk itu jumlahnya banyak, jadi sudah selayaknya beberapa wanita adalah milik seorang pria, bukan sebaliknya..

3. Seorang pria yg berpoligami apabila dapat melakukan manajemen rumah tangga dg baik, maka tidak akan ada masalah dg kehidupan sexualnya. Lain halnya dg wanita yg berpoligami. Wanita yg punya beberapa suami sangat mungkin akan mempunyai masalah dalam kehidupan seksualnya bahkan kesehatan seksualnya karena kecenderungan kemungkinan adanya aktivitas seksual pada saat yg bersamaan. Hal mana tidak akan terjadi pada suami yg punya beberapa istri (maaf, untuk point yg ini saya tidak bisa menuliskan detail karena alasan kesopanan.

4. Alasan2x yg diuraikan di atas dapat dg mudah kita temukan, tetapi mungkin masih banyak lagi alasan mengapa Allah melarang pernikahan poliandri.


KESIMPULAN

Jadi beberapa kesimpulan dari uraian diatas adalah :

1. Ajaran Islam hanya membolehkan poligami terbatas dg aturan2x tertentu sebagai “jalan keluar” dalam kondisi2x sosial tertentu pula yg dalam kenyataannya kadang2x memang membutuhkan diterapkannya poligami

2. Hanya di Al-Qur’an terdapat pernyatan tegas untuk menikah hanya dg satu orang wanita saja, sedangkan dalam kitab suci agama2x selain Islam, tidak terdapat larangan tegas untuk tidak ber-poligami, malah banyak sekali contoh2x praktik poligami tidak terbatas dalam kitab2x tsb.


3. Di dalam agama2x selain Islam, larangan poligami bukan berasal dari dasar ajaran agamanya & kitab sucinya, tapi berasal dari keputusan para pemuka2x agamanya. Sedangkan Islam tidak melarang penuh praktik poligami, karena kenyataan pada kitab sucinya memang tidak dilarang, hanya dibatasi oleh ketentuan2x yg harus dipenuhi. Dan sikap umat Islam terhadap kitab sucinya tidak pernah berubah, bahwa Al-Qur’an adalah dasar hukum nomor satu. Ketentuan dari pemuka2x agama Islam untuk suatu permasalahan hanyalah beberapa tingkat kekuatan hukumnya di bawah Al-Qur’an & tidak boleh bertentangan. Di lain pihak tampaknya di agama2x lain hal tsb tidak terlalu menjadi masalah, terbukti aturan pelarangan total thd poligami ternyata bukanlah bersumber dari ajaran dasar agamanya atau kitab sucinya, tapi hanya berasal dari ketentuan para pemuka agamanya. Hal yg sama misalnya juga terjadi spt pada kasus pengangkatan pastur yg penganut homoseksual di Amerika, juga dg menikahkan pasangan sesama jenis di gereja2x Amerika & Eropa yg pernah beberapa kali disiarkan di berita TV, dan beberapa kasus lain yg semuanya sebenarnya tidak didukung oleh kitab sucinya tapi tetap disahkan oleh gereja2x yg bersangkutan (kisah penghancuran Sodom & Gomorah dalam kitab Perjanjian Lama Kristen, adalah karena Tuhan melaknat penduduknya yg mempraktekkan homoseks – baca : Kitab Kejadian 18-19).


4. Alasan2x dalam kenyataan kehidupan sosial masyarakat dunia dari masa ke masa ternyata sangat relevan dg kebutuhan dibolehkannya pernikahan poligami, yg menunjukkan bahwa poligami sebagai sebuah “jalan keluar” kadang2x memang diperlukan. Dan Tuhan sbg pengatur kehidupan manusia jelas mengetahui hal itu, maka sebenarnya ajaran tentang poligami dalam Al-Qur’an sudah sesuai dg fitrah manusia itu sendiri, tentu saja apabila hal itu dijalankan dg benar sebagaimana mestinya, bukan untuk disalahgunakan.


5. Poliandri tidak dibenarkan dalam Islam adalah untuk kepantasan & kebaikan si wanita sendiri beserta keturunannya yg sudah seharusnya lebih dilindungi & mendapatkan kejelasan tentang asal benih & garis keturunannya.


6. Sebagai umat yg mempercayai Al-Qur’an sebagai ajaran & hukum yg berasal dari Tuhan, umat Islam sudah semestinya untuk menerima ketentuan yg diatur oleh Al-Qur’an, baik ia pria ataupun wanita. Gerakan feminis belakangan ini yg semakin gencar memperjuangkan hak2x wanita & menyerang aturan poligami Islam, semestinya bisa menyadari bahwa unsur2x yg dianggap merendahkan & menghina wanita dalam poligami Islam tidaklah pada tempatnya, karena yg selama ini menimbulkan kesan jelek adalah para pelakunya yg tidak dapat menerapkan poligami dg baik, dan bukan poligaminya itu sendiri. Sebab poligami bila diterapkan dg baik & benar, ternyata juga tidak bermasalah. Dan banyak contoh seperti itu dalam masyarakat. Sitoresmi, seorang selebriti yg baru2x ini ditampilkan dalam sebuah acara talk show di TV sbg seorang “korban poligami” diluar dugaan menyatakan bahwa dirinya dan keluarganya ternyata tidak punya masalah yg berarti dg kehidupan poligaminya. Ia mengatakan : “Ilmu itu ada banyak, salah satunya adalah ilmu poligami. Kalau ada orang yg melakukan poligami janganlah anda serang, karena belum tentu ia bermasalah seperti yg anda kira. Kalau anda mengira pasangan poligami itu selalu bermasalah sedangkan pelakunya sendiri tidak, maka semestinya anda berpikir, oh.. ternyata ilmu saya belum sampai kesana..”.


7. Sebagai umat muslim yg hidup dijaman modern, dimana sudah semakin sedikit orang yg berpoligami, tidaklah salah kalau kita berpendapat bahwa yg paling baik & adil itu ya dg menikah monogami, karena memang spt itu juga yg tersirat dalam Al-Qur’an. Tetapi kita juga tidak boleh menyingkirkan sama sekali pembolehan berpoligami sebagai sebuah “jalan keluar” (spt juga perceraian yg dibenci Tuhan tapi halal sbg jalan keluar terakhir dalam mencari kebahagiaan berumahtangga), karena menyingkirkan hal tsb bisa berarti tidak mempercayai isi kitab suci yg berisi kata2x Tuhan dan berisi hukum2x untuk kebaikan manusia itu sendiri. Cukup menyedihkan saat melihat para muslimah pejuang feminis berteriak berapi2x di TV menentang poligami, termasuk dg kata2x kasar semacam (maaf) “bullshit” untuk menanggapi poligami yg diatur oleh agama. Bahkan diantara mereka yg berteriak2x itu ada yg mengenakan jilbab layaknya seorang muslimah sejati yg semestinya bisa lebih memahami lagi permasalahan poligami dg pikiran jernih, tidak hanya menonjolkan ego kewanitaannya yg sempit saja & terbawa arus pendapat pejuang feminis Barat yg sesungguhnya tidak mengetahui permasalahan sebenarnya.


8. Sedangkan bagi sohib2x non muslim, janganlah isu poligami yg sedang memanas itu membuat anda terpengaruh pada pendapat golongan2x tertentu untuk berpandangan jelek pada aturan poligami yg diterapkan dalam agama Islam, apalagi setelah membaca uraian saya sebelumnya tentang poligami di agama2x selain Islam, termasuk sampai ikut2xan menghujat tanpa pengetahuan yg memadai bagaimana sesungguhnya posisi poligami dalam ajaran Islam maupun dalam ajaran agama anda sendiri. Biarlah hal itu menjadi bagian dari kehidupan pribadi masing2x, karena umat Islam meyakini apabila poligami itu dapat dilakukan dg baik sesuai porsi & aturan yg ada, juga tidak akan menimbulkan masalah. Pernyataan dari Sitoresmi sbg selebriti “korban” poligami spt yg diungkapkan sebelumnya hendaknya bisa menjadikan pemikiran bagaimana seharusnya kita bersikap terhadap poligami & para pelakunya.


9. Bagaimanapun poligami masih jauh lebih baik dibanding sistem hidup yg diterapkan di Barat yg notebene mayoritas non muslim selama ini, dimana orang menikah monogami hanyalah formalitas saja, sedangkan diluar itu mereka juga melakukan “poligami” tidak terbatas (pria & wanita) dg perselingkuhan pada banyak pasangan yg sudah sangat lazim dalam masyarakat di sana yg membuat sistem hidup mereka menjadi kacau balau.

Demikian uraian saya tentang poligami. Semoga bisa menambah wawasanyg berguna bagi kita semua. Segala saran & kritikan yg membangun adalah tambahan ilmu buat saya.


Referensi utama :

1. Islam Menjawab Gugatan, Dr. Zakir Abdul Karim Naik, Mei 2004, India

2. Abrahamic Faiths : Judaism, Christianity, and Islam, Similiarities and Contrasts, Dr. Jerald F. Dirks, 2004, USA.

3. Al-Qur’an & terjemahannya, Departemen Agama RI

.4. Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia

Referensi pendukung :
- Beberapa buku lain.

May Allah bless we all

Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Read more at http://rindutulisanislam.blogspot.com/2013/03/masalah-poligami-dalam-islam.html#cRCPJS7POabJwgPa.99 

Pergaulan Bebas Dalam Kalangan Remja

Definisi

            Pergaulan bebas sering dikonotasikan dengan sesuatu yang negatif seperti seks bebas, narkoba, kehidupan malam, dan lain-lain. Memang istilah ini  diadaptasi dari budaya barat dimana orang bebas untuk melakukan hal-hal diatas tanpa takut menyalahi norma-norma yang ada dalam masyarakat. Berbeda dengan budaya timur yang menganggap semua itu adalah hal tabu sehingga sering kali kita mendengar ungkapan “jauhi pergaulan bebas”.

             Pada masa kini, penyimpangan dan masalah seksual, khusus di kalangan remaja semakin membimbangkan. Pergeseran kefahaman seperti dosa masing-masing tanggung, kubur masing masing jaga, membuatkan masalah dosa dan zina sesuatu yang mula dipandang remeh. Penyimpangan seks, iaitu zina sesuatu yang amat keji dan mesti dihindari setiap Muslim sebagaimana firman Allah yang bermaksud: "...dan janganlah kamu mendekati zina sesungguhnya zina itu perbuatan yang sangat keji dan satu jalan yang sangat buruk." Alam remaja adalah alam yang sangat mencabar sehingga disebut nabi dalam satu senarai orang kenamaan akhirat adalah remaja yang terselamat dan menyelamatkan diri daripada zina

Faktor-faktor

Banyak sebab pergaulan bebas  jadi begitu merebak :

1.           Tahap Iman yang lemah
Kebanyakan remaja yang terlibat dalam pergaulan bebas mempunyai kelemahan iman, ketandusan ilmu dan kurangnya penghayatan agama mendorong seseorang itu dikuasai nafsu daripada menggunakan akal fikiran yang waras. Tahap iman manusia hidup dalam jiwanya yang lemah dan kosong. Manusia yang lemah tidak takut dan gentar akan hari pembalasan di akhirat kelak. Akibatnya, mereka tidak dapat membezakan kebaikan dan keburukan dan antara kebenaran dan kebatilan.  


2.          Dunia Cinta Remaja 

Di zaman moden ini, pergaulan bebas antara lelaki dan perempuan yang bukan mahram telah dilihat sebagai satu kemajuan dalam pembentukan masyarakat yang lebih maju tetapi bukan sebagai pelanggaran perintah Allah SWT. Memang lumrah, perasaan ingin
berpasangan semakin memuncak ketika berada di alam remaja. Tetapi sekiranya perasaan ini tidak dikawal, sudah tentu ini akan menimbulkan gejala - gejala sosial seperti pergaulan bebas, anak luar nikah, zina dan sebagainya.


3.          Pengaruh Media Massa dan pendedahan bahan lucah
Internet sememangnya mengubah pemikiran manusia di seluruh dunia. Internet menjadi sangat berpengaruh dalam kalangan remaja berbanding dengan media yang lain. Ini adalah disebabkan oleh sifatnya yang dapat menerobos sempadan negara iaitu sukar disekat, ditapis dan dihalang. Selain itu, bahan-bahan lucah dapat memasuki negara dengan mudah. Rancangan-rancangan yang disiarkan di televisyan memaparkan adengan-adengan seks. Media cetak seperti majalah-majalah berbentuk hiburan juga member kesan negatif. Banyak majalah memaparkan gambar-gambar artis barat dan kelakuan dan gaya mereka. 

Kesan-kesan

Pergaulan di antara lelaki dan perempuan yang tidak terkawal akan mendatangkan banyak kesan buruk kepada masyarakat. Contoh yang jelas dapat dilihat dalam masyarakat barat yang rata-rata mengamalkan pergaulan bebas. Sungguhpun dari aspek kebendaan mereka agak terkehadapan, namun dari aspek kerohanian dan akhlak mereka jauh ketinggalan di belakang.
Antara kesan buruk daripada pergaulan bebas di antara lelaki dan perempuan ialah:

1.         Pembuangan bayi
Remaja yang terlibat dalam pergaulan bebas akan menjalinkan hubungan di luar tabii. Hal ini menyebabkan remaja perempuan mengandung sebelum berkahwin. Dalam situasi tersebut, remaja yang hilang pegangan agama akan menjadi tidak berperikemanusiaan lalu meninggalkan anak yang baru dilahirkan di tempat- tempat seperti tandas awam, tong sampah, tepi longkang dan sebagainya.

2.         Perceraian dan keruntuhan rumahtangga
Kebanyakan pemudi-pemuda yang berkahwin akibat daripada mengandung. Pembinaan rumahtangga adalah tidak stabil kerana mereka masih tidak matang lagi. Sekiranya sebelum proses perkahwinan pun sudah ada pelbagai halangan dan cabaran akibat pergaulan bebas, maka selepas berkahwin pun ia tidak akan kekal lama. Institusi keluarga akan mudah hancur, walaupun hanya disebabkan oleh perkara kecil. Ini dapat dilihat pada pertambahan kes perceraian yang berlaku di Malaysia.

3.         Tersebarnya penyakit-penyakit yang  membawa mautTerdapat pelbagai penyakit yang lahir disebabkan oleh hubungan bebas di antara lelaki dan wanita, tidak kiralah mental mahupun fizikal. Antara penyakit tersebut ialah AIDS. Penyakit ini boleh membawa maut dan ubatnya masih belum ditemui sehingga ke hari ini.

Cara mangatasi

Memandangkan masalah ini semakin menular di kalangan remaja,langkah-langkah perlu diambil untuk menyelesaikan masalah ini.Langkah-langkah yang patut diambil adalah seperti berikut:

1.         Peranan ibu bapa
Ibu bapa harus mengambil berat tentang pergaulan anak-anak mereka. Rakan-rakan anak harus dikenali dengan lebih mendalam. Ibu bapa perlu mengawasi perilaku anak-anak. Peribahasa Melayu ada menyebut,” kalau tiada angin masakan pokok akan bergoyang”. Setiap perbuatan yang dilakukan oleh anak-anak pasti ada penyebabnya. Sehubungan dengan itu, adalah menjadi tanggungjawab ibu bapa untuk sentiasa mengikuti perkembangan diri anak-anak remaja mereka. Pergaulan bebas anatara lelaki dan perempuan sudah sinonim dengan masyarakat. Seluar ketat, baju singkat hingga menampakkan pusat ibarat suatu adat. Maka, di sinilah ibu bapa perlu memainkan peranannya iaitu meninjau perubahan sikap anak-anak mereka.

2.         Peranan pihak sekolah
Pencegahan pergaulan bebas harus dilakukan dengan memberikan pengetahuan seks melalui ceramah. Kementerian Pembangunan Wanita, Keluarga dan Masyarakat kini dalam peringkat akhir mengadakan perbincangan dengan Kementerian Pelajaran untuk melaksanakan pendidikan seksual di sekolah seluruh negara Pelaksanaan pendidikan itu perlu disegerakan supaya remaja dapat dibimbing secara terancang dan sempurna, seterusnya membantu mereka lebih memahami isu berkaitan seksualiti dan menjadi benteng kepada mereka dari terbabit dalam kegiatan tidak bermoral seperti pergaulan bebas [Berita Harian,2 Mei 2005].

Keratan Akhbar




Walaupun laporan JPN dan JKM tidak pernah menyatakan umur sebenar ibu-ibu yang melahirkan anak di luar nikah ini, kejadian ini seharusnya sudah lebih dari cukup untuk membuka mata masyarakat umum bahawa salah laku seksual atau lebih tepatnya kejadian zina semakin merebak termasuk di kalangan remaja Melayu.

Sebahagian besar daripada mereka yang terlibat dalam gejala seks luar nikah adalah di kalangan kumpulan remaja di Institusi Pengajian Tinggi (IPT) dan juga di sekolah menengah. Ini merupakan satu kejadian yang sangat menggerunkan kita semua.

Gejala Pembuangan Bayi Semakin Meningkat

GEJALA PEMBUANGAN BAYI SEMAKIN MENINGKAT

Sejak akhir-akhir ini, negara digemparkan dengan beberapa berita yang amat memeranjatkan semua pihak iaitu isu pembuangan bayi. Gejala ini amat devian kerana ia merupakan satu tindakan yang tidak berperikemanusiaan dan tidak boleh diterima dalam masyarakat kita. Ada antara bayi yang ditemui yang masih hidup dan ada yang sudah meninggal dunia dan hampir semua yang ditemui berada dalam keadaan yang amat menyedihkan. Seperti tiada kesedaran diri, bayi yang tidak berdosa terus menjadi mangsa keadaan. Tidak kira apa pun status bayi tersebut, isu ini perlu dibendung. Pembuangan bayi adalah satu jenayah walaupun terjadi akibat kehamilan tidak diingini. Ramai remaja yang mengandung luar nikah terpaksa membuang bayi mereka kerana terdesak, malu dan takut akan akibat yang bakal ditanggung.
Isu ini telah lama diketengahkan oleh banyak pihak. Ada yang menangis mengenangkan nasib ciptaan Allah ini yang tidak dipandang dan dicampak merata-rata seolah-olah ianya sesuatu yang Allah ciptakan tanpa nyawa. Padahal ianya adalah ciptaan Allah yang suci dari sebarang dosa tetapi dilahirkan daripada dosa insan yang bernafsukan syaitan.
Inilah yang telah berlaku pada masyarakat kita pada masakini. Maksiat dan aktiviti seksual yang bebas berlaku dimana-mana. Anak-anak remaja kini terutamanya remaja Melayu yang beragama Islam tidak mengenal dosa atau pahala. Malah ada diantara mereka yang mempunyai pendidikan yang tinggi dan belajar di IPT-IPT yang memberikan pendidikan yang baik. Semua yang dilakukan hanya untuk memuaskan diri sendiri tetapi tidak memikirkan apa yang dilakukan hanya mendatangkan dosa
Dari perbuatan dosa inilah yang melahirkan satu janin yang lahir bukan dari kehendak mereka tetapi dari nafsu serakah mereka yang mementingkan diri sendiri. Hampir setiap minggu kita mendengar dari televisyen, akhbar dan majalah tentang kes pembuangan bayi dan kebanyakannya yang ditemui mati dalam keadaan yang menyedihkan dan ada yang bernasib baik ditemui dalam keadaan masih hidup. Tong sampah, tempat pembuangan sampah, lubang tandas, tempat awam seperti masjid dan tandas awam dan sebagainya menjadi tempat dimana bayi-bayi malang ini ditemui.
Oleh itu,terdapat beberapa punca berlakunya gejala ini iaitu punca utama yang menyebabkan pembuangan bayi ialah keruntuhan institusi kekeluargaan dalam masyarakat kita. Tetapi ibu bapa tidak boleh dipersalahkan seratus peratus dalam hal ini. Ini kerana ada diantara ibu bapa yang memberi didikan agama yang sempurna kepada anak mereka tetapi apabila meningkat dewasa dan anak-anak membawa haluan mereka sendiri, segala ajaran ibu bapa akan dilupakan sedikit demi sedikit. Maka anak-anak mula bertindak liar tanpa pengawasan ibu bapa Ibu bapa yang merupakan ketua keluarga telah gagal melaksanakan tanggungjawab mereka mendidik anak-anak menjadi insan yang bersahsiah dan berkeperibadian mulia. Mereka sibuk dengan tugas-tugas seharian sehingga anak-anak terabai. Anak-anak yang kekurangan perhatian dan kasih sayang daripada ibu bapa mereka lebih cenderung untuk mencari keseronokan di luar rumah. Akibatnya, mereka terjebak ke kancah permasalahan sosial seperti melakukan seks bebas sehingga mengandungkan anak luar nikah.   
Pada masa itu, barulah mereka sedar bahawa mereka sudah terlanjur dan jalan terbaik untuk menyelesaikan permasalahan tersebut adalah dengan membuang bayi yang dikandungkan. Mereka melakukan perbuatan terkutuk ini adalah untuk menyembunyikan perbuatan keji mereka daripada pengetahuan ibu bapa. Jelaslah bahawa kerapuhan institusi kekeluargaan merupakan punca utama berlakunya masalah pembuangan bayi di negara kita.











       Seterusnya, masalah pembuangan bayi juga berlaku disebabkan golongan lelaki yang tidak bertanggungjawab. Masalah  sosial merupakan salah satu daripada penyumbang berlakunya kes buang anak ini. Antaranya, pergaulan bebas tanpa had terutamanya di antara lelaki dan wanita. Selain itu, terikut dengan budaya barat yang yang mengamalkan seks itu adalah sebahagian daripada proses percintaan. Golongan ini juga percaya alat-alat terkini seperti kondom dan pil boleh mengelakkan daripada mengandung jika melakukan hubungan seks," katanya.Sewaktu bercinta semuanya indah belaka sehingga si wanita sanggup menyerahkan segalanya untuk membuktikan kesetiaan dan cinta kepada pasangan mereka.
 Mereka mudah lemah kepada pujuk rayu kekasih hati yang kononnya berjanji mahu sehidup semati dengan mereka. Akhirnya, mereka rela bersekedudukan dengan pasangan bagaikan pasangan suami isteri walaupun tiada ikatan perkahwinan. Setelah si wanita hamil maka berlakulah konflik dalam kehidupan kerana si lelaki mahu melepaskan diri daripada tanggungjawab. Wanita yang hamil tersebut dipaksa untuk membuang atau menggugurkan bayi dalam kandungan demi menutup aib kerana mengandungkan anak luar nikah. Sekiranya tidak mahu berbuat seperti yang diarahkan, mereka akan ditinggalkan. Dalam situasi sebegini, si wanita tiada pilihan lain selain menurut kehendak pasangan mereka, bak kata pepatah, “ditelan mati emak, diluah mati bapa”.
            Selanjutnya, masalah pembuangan bayi semakin berleluasa di negara kita disebabkan bertambahnya pusat-pusat hiburan di negara kita terutamanya di bandar-bandar besar seperti Kuala Lumpur. Remaja lelaki dan perempuan biasanya berkumpul di pusat-pusat hiburan ini pada setiap hujung minggu. Mereka bergaul bebas antara lelaki dan perempuan sambil meminum minuman keras. Dalam keadaan separuh sedar, remaja perempuan biasanya mudah digoda oleh remaja lelaki. Golongan remaja sebegini tidak berfikir panjang dalam melakukan sesuatu kerana bagi mereka yang penting ialah keseronokan. Perlakuan seks bebas yang berleluasa di pusat-pusat hiburan menyebabkan ramai remaja yang terpengaruh sehingga ada dalam kalangan mereka yang mengandungkan anak luar nikah. Apabila sudah mengandung barulah mereka sedar kesilapan diri, ibarat kata pepatah, “sudah terhantuk baru nak terngadah”. Walau bagaimanapun, segalanya sudah tidak berguna kerana “nasi sudah menjadi bubur”. Akibatnya, mereka mengambil keputusan mudah iaitu membuang bayi yang dikandungkan.
Apakah kita ini ingin digelar masyarakat yang tidak bertamadun dan tidak berperikemanusiaan sepertimana yang terjadi di zaman jahiliyah sebelum kedatangan Islam. Kanak-kanak terutamanya perempuan dibunuh dan ditanam hidup-hidup untuk menutup malu dan hanya untuk mempertahankan maruah keluarga.
Tetapi lihatlah apa yang telah terjadi pada zaman sekarang. Kanak-kanak juga dilayan sebegitu tanpa rasa belas kasihan dan dibuang merata-rata demi untuk menutup malu dan menjaga maruah orang yangmelakukannya. Kes pembuangan bayi semakin meningkat dari hari ke hari. Telah banyak usaha kerajaan untuk membasmi gejala ini. Kempen, pertunjukan, denda seperti penjara 20 tahun kepada sesiapa yang didapati bersalah melakukan jenayah ini juga telah dijalankan, namun usaha ini tidak menampakkan hasil malah ianya semakin menjadi-jadi sehingga tidak dapat di bendung lagi       Islam dan agama utama di Malaysia yang lain sangat mengharamkan dan menegah pengguguran dan pembuangan bayi di kalangan masyarakat. Ianya boleh dianggap satu dosa yang besar kerana membunuh dengan niat. Sebagaimana yang telah disebut dalam Al-Quran surah An-Nisa' ayat 93:
Maksudnya:
"Dan sesiapa yang membunuh mukmin dengan sengaja maka balasannya neraka jahanam, kekal dia didalamnya dan Allah murka kepadanya dan melaknat akannya serta menyediakan baginya azab seksa yang besar".
            Mungkin juga ianya berpunca dari kemajuan teknologi dan media cetak dan elektronik pada zaman sekarang yang banyak memberi pendedahan seks dan bahan yang tidak berfaedah kepada remaja. Penayangan filem berunsur seks oleh media elektronik, penyebaran VCD dan gambar lucah didalam internet juga menjadi punca yang turut mendorong seseorang terjebak ke lembah kezinaan yang membawa kepada lahirnya anak luar nikah disamping berleluasanya program-program hiburan yang melampau dalam masyarakat. Namun semuanya datang dari diri remaja itu sendiri samada mereka ingin memilih jalan yang betul atau tidak. Ini kerana diri sendiri sahaja yang mampu megubah segalanya.


     











Justeru itu,berlakunya gejala seperti ini juga adalah disebabkan kekurangan  ilmu agama amatlah tipis dalam kalangan remaja pada hari ini hingga menyebabkan kes pembuangan anak tidak menjadi kesalahan kepada mereka.
Ilmu agama
Justeru itu, kurang ilmu agama menjadi faktor golongan ini tidak dapat menilai halal dan haram.
"Era globalisasi dan pembangunan teknologi (ICT)
Pada hari secara langsung atau tidak telah menyumbang kepada kes pembuangan anak. Jika kita kaji, kemudahan telefon bimbit telah menyebabkan remaja boleh berinteraksi dengan sesiapa sahaja pada bila-bila masa untuk sebagai titik permulaan kepada kes yang tidak bermoral ini. Kesukaran membuat pemantauan oleh ibubapa terhadap penggunaan internet juga menyumbang kepada gejala kes ini," jelasnya.
Secara tidak langsung, kes pembuangan bayi ini mempengaruhi kesihatan sosial pada hari ini.Dari sudut perubatan, kadar kematian bayi yang lebih tinggi akan menyebabkan penjagaan perubatan yang tidak sempurna. Ini disebabkan kesihatan ibu yang terjejas akibat kehilangan darah, jangkitan kuman dan kecederaan sewaktu bersalin.   
Selain itu, kes ini turut memberi kesan kepada psikologi dan sosial wanita yang melahirkan bayi tersebut iaitu murung, hilang keyakinan diri, rasa bersalah, resah atau gelisah. Bukan itu sahaja, ia akan mewujudkan masalah emosi dan hubungan interpersonal dengan terputusnya hubungan kekeluargaan dan rakan-rakan.
"Terlalu banyak kesan psikologi dan sosial kepada masyarakat. Antaranya, kemajuan dan kemakmuran masyarakat di masa hadapan akan terjejas. Pesan Iman Al-Ghazali, jika kamu mahu melihat senario masa depan masyarakat dan negara kamu, lihatkan senario remaja masa kini. Jika mereka hebat maka akan hebatlah masyarakat dan negara kamu di masa hadapan, tetapi jika remaja kini rosak akhlaknya dan lemah mindanya. Maka akan rosaklah masyarakat dan negara kamu di masa hadapan," jelasnya.
Perasaan bersalah yang datang di kemudian hari akan memberikan tekanan psikologi dan sosial yang berat serta tumpuan kepada kerjaya akan terjelas.
Secara umum, remaja pada hari ini tidak faham dan mengerti secara mendalam erti kasih sayang yang sebenarnya. Justeru itu, jika mereka berkahwin, perkahwinan itu jarang yang kekal lama kerana mereka tidak faham apakah yang dimaksudkan dengan kasih sayang itu.Sementara itu, bagi golongan berumur 25 tahun ke atas, percintaan yang sering diikuti dengan tanggungjawab.
Dalam membantu masyarakat pada hari ini untuk membendung kes pembuangan bayi, mereka perlu menerapkan nilai-nilai murni dalam kehidupan agar kepincangan dalam institusi sosial tidak berlarutan. "Golongan dewasa juga perlu menunjukkan teladan yang baik kepada golongan remaja kerana golongan inilah yang banyak terlibat dengan isu pembuangan bayi. Langkah ini adalah bertujuan untuk mengelakkan golongan ini berpengaruh dengan keadaan sekeliling. Selain itu, kerjasama masyarakat dengan kerajaan turut memainkan peranan dalam usaha mencapai masalah sosial 'sifar'. Walaupun ia mungkin sukar dicapai tetapi melalui kerjasama di antara masyarakat dan pihak berkuasa mampu menyelesaikan masalah buang anak ini.
Kesedaran
Pada pihak yang terlibat,saya menyarankan  masyarakat memberi kesedaran untuk membendung gejala tidak sihat ini. Misalnya, kerajaan boleh melaksana undang-undang terhadap remaja yang berdua-duaan di tempat yang kondusif untuk seks bebas. Selain itu, masyarakat perlu membantu kerajaan dalam melaksanakan agenda ini. Aktiviti yang mencurigakan perlu dibuat laporan kepada pihak yang bertanggungjawab untuk membanteras mereka yang terlibat.
" Ibu bapa juga perlu peka dan mengambil berat terhadap perkembangan dan apa yang dilakukan oleh remaja mereka. Selain itu, guru perlu memantau kehadiran pelajar dalam kelas. Laporkan kepada ibu bapa jika anak mereka tidak hadir kelas. Ini kerana anak-anak sering melencong ke tempat lain walaupun berpakaian sekolah dari rumah," katanya.
Jika ada remaja yang pernah terlibat dengan masalah ini, kita perlu memberi ruang penambahbaikan untuk kembali ke pangkal jalan."Golongan ini perlu bertaubat dan menyesal dengan sepenuhnya. Mereka yang pernah terbabit boleh memberi kesedaran kepada remaja lain mengenai implikasi yang dihadapi. Ingatlah, kesilapan hari ini bukanlah kesilapan yang berkekalan. Mohon ampun dan maaf kepada Allah dan ibu bapa," ujarnya.
Oleh itu, sesungguhnya gejala seperti ini tidak akan ada penghujungnya sekiranya tiada kesedaran di kalangan masyarakat untuk mengubah sikap mereka. Ini kerana gejala pembuangan bayi ini  adalah satu kesalahan yang amat kejam dan lebih kejam lagi dari perbuatan haiwan. Sedangkan haiwan juga mempunyai perasaan kasih sayang terhadap anak-anaknya sehingga sanggup mati demi anak. Sepertimana firman Allah dalam surah Al-A'araf ayat 179:

Maksudnya:
"Sesungguhnya kami jadikan untuk isi neraka jahanam kebanyakkannya daripada jin dan manusia,mereka mempunyai hati (tetapi) tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat allah), mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakan untuk melihat (bukti keesaan allah) dan mereka mempunyai telinga(tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ajaran dan nasihat). Mereka itu seperti binatang ternakan,bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang yang lalai".
Bagi mengatasi masalah ini, perkhidmatan bimbingan dan kaunseling hendaklah diperluas dalam kalangan remaja yang bermasalah. Remaja perempuan yang sudah terlanjur sehingga mengandungkan anak luar nikah hendaklah dibantu bukannya disisihkan dan dicerca. Ibu bapa hendaklah membawa mereke berjumpa dengan kaunselor untuk memulihkan semangat dan keyakinan mereka sehingga anak yang dikandungkan dilahirkan dengan sempurna. Kita harus tahu bahawa setiap insan melakukan kesalahan, ibarat kata pepatah, “bumi mana tidak ditimpa hujan, lautan mana tidak bergelora”. Jika kita prihatin terhadap permasalahan mereka, sudah pasti mereka tidak akan kehilangan arah dan hilang pertimbangan. Oleh itu, perkhidmatan bimbingan dan kaunseling hendaklah diperhebat dan lebih mesra remaja agar mereka tidak segan-segan menceritakan masalah dengan kaunselor apabila mereka berhadapan dengan situasi sebegini.
Selain itu, ibu bapa harus menilai semula peranan mereka sebagai ketua keluarga. Mereka tidak boleh terlalu materalistik sehingga mengabaikan tanggungjawab kepada anak-anak. Mereka harus meluangkan masa pada setiap hari untuk berkomunikasi dengan anak-anak agar mereka tidak kehilangan tempat untuk mengadu. Para ibu bapa harus sedar, wang ringgit yang diberikan kepada anak-anak tidak dapat dijadikan penganti diri kerana wang ringgit itulah yang boleh menghancurleburkan kehidupan anak-anak mereka. Ibu bapa hendaklah ambil tahu segala aktiviti yang dilakukan oleh anak-anak mereka di luar rumah. Mereka tidak boleh lepas tangan kerana “malang tidak berbau”. Ruang kebebasan yang diberikan terlalu banyak boleh membuka ruang kepada anak-anak terpengaruh dengan pelbagai gejala sosial di luar rumah. Jika kita mahu mengatasi masalah pembuangan bayi hingga ke akar umbi, peranan ibu bapa hendaklah diperkasakan semula kerana pendidikan seharusnya bermula dari rumah.
Secara kesimpulannya , gejala pembuangan bayi merupakan masalah yang memerlukan komitmen semua pihak untuk mengatasinya. Kita hendaklah berganding bahu membenteras masalah ini sehingga ke akar umbi ibarat kata pepatah, “ke bukit sama didaki, ke lurah sama dituruni”. Pihak kerajaan hendaklah mengadakan pelbagai program yang bermanfaat untuk golongan remaja agar masa lapang mereka terisi dengan aktiviti yang bermaslahat. Remaja tidak boleh dibiarkan sendirian mengemudikan kehidupan mereka kerana mereka bukanlah nakhoda profesional. Apabila dihempas gelombang, mereka pasti akan karam.
Oleh itu, didikan keagamaan hendaklah dipasak teguh dijiwa mereka pada setiap masa sebagai panduan yang berguna agar mereka tidak hidup bertuhankan nafsu nafsi semata-mata. Mudah-mudahan, hasrat kita untuk melahirkan remaja Malaysia yang cemerlang, gemilang dan terbilang akan menjadi realiti dan masalah pembuangan bayi tidak lagi menghantui masyarakat kita. 

Renung-renungkan.....;)

Gejala Keruntuhan Moral Generasi Muda Islam

Gejala Keruntuhan Moral Generasi Muda Islam
Tiada gunanya tangisan ibu dan ayah yang menyesali perbuatan terkutuk anak-anak mereka yang terlibat dengan kes rogol, mencuri, menagih dadah dan arak bahkan membunuh secara kejam dan dikurniakan dengan gelaran samseng! Jika tangisan itu ditumpahkan semasa usia anak-anak mereka tujuh tahun, alangkah bernilainya harga airmata itu, ia boleh merubah kehidupan sang anak menjadi anak harapan bukan anak buangan seperti sekarang. Di manakah peranan sebenar ibu bapa? Bukankah pendidikan anak dalam Islam bermula sejak dari persenyawaan benih di dalam rahim ibu lagi dan proses ini berterusan sepanjang hayat. Tujuh tahun yang disebutkan dalam hadis Rasulullah SAW agar menyuruh mereka salat menjadi panduan bagi setiap orang tua untuk memulakan sentuhan rohani pada diri anak di samping mendidik mereka untuk berdisiplin dan berjiwa bersih. Tetapi ada juga sesetengah ibu bapa yang membela diri dengan mengatakan bahawa anak kami telah dididik dan dijaga dengan betul boleh juga terseleweng kerana pengaruh luaran. Maknanya belum memadailah penjagaan mereka itu jika anak mereka boleh terdedah kepada hal-hal negatif tanpa pengetahuan mereka. Kerana proses mendidik amatlah tersusun, lengkap dengan kualiti metod dan sistem kawalan melalui pendekatan psikologi yang berterusan sampai ke mati. Tetapi sayang tidak sedikit ibu bapa yang menyerahkan tanggung jawab mendidik sepenuhnya kepada guru. Sikap tidak peduli dengan perasaan anak dalam tahap-tahap perkembangannya banyak menyumbang kepada kepincangan identiti pada diri anak itu sendiri. Kepada ibu bapa yang belum menitiskan airmata, simpanlah segala alasan untuk menyalahkan sesiapapun di luar rumah anda atas keadaan anak-anak anda.

Budaya Materialisme dan Hedonisme penyumbang kerosakan moral

Seorang sasterawan Jerman, Pruschert (meninggal dunia 1947) mengungkapkan refleksi perasaannya yang mendalam tentang rasa putusa asanya terhadap generasi muda pada zaman itu: “Kita adalah generasi tanpa agama, tanpa ketenteraman. Matahari kita sempit dan cinta kita kekejaman, generasi muda kita hilang kemanusiaan. Kita generasi tanpa ikatan, tanpa batasan dan tanpa perlindungan dari siapapun!”
Demikianlah fenomena kehancuran generasi muda di Barat pada zaman itu iaitu lebih enam dekad yang lalu Pada hakikatnya mereka hidup dengan kesengsaraan akibat diperbudak hawa nafsu tanpa mengenal agama. Malaysia yang merupakan salah satu negara Islam terbilang di dunia tidak terkecuali menghadapi bahaya kemunduran akhlak sama seperti negara-negara Islam yang lain. Alhamdulillah pemimpin-pemimpin negara sudah dapat merasakan gejalanya sehingga dilancarkan satu kempen kesedaran umat iaitu Islam Hadhari, satu usaha untuk mengembalikan umat kepada kemurnian nilai-nilai Islam yang maju dan bertamadun serta menolak unsur-unsur negatif yang merosakkan agama, bangsa dan negara. Di antara tamadun-tamadun yang pernah berdiri megah, Tamadun Baratlah yang paling berpengaruh kepada kehidupan masyarakat dunia sekarang ini. Nilai-nilainya amat cepat menyerap melalui proses globalisasi dunia tanpa sempadan. Pelbagai sistem teknologi menjadi alat transformasi budaya yang sungguh hebat. Sayangnya sistem yang baik dari tamadun barat ini kurang diserap oleh orang Islam bahkan sebaliknya budaya materialisme dan hedonisme (budaya keseronokan melampau) yang menyumbang kepada keruntuhan akhlak menjadi ikutan generasi Islam. Saat ini kempen “Budi Bahasa Budaya Kita” pula rancak dijalankan. Adakah ini refleksi akibat terlalu teruknya perilaku sosial umat ini? Umat yang tergila-gila pada budaya barat sehingga melupakan nilai-nilai moral dan budaya?
Montgomery, bekas Panglima Tertinggi Angkatan Tentera Pakatan Atlantik Utara (NATO) yang pernah menjadi pensyarah Maktab Tentera British menumpukan sepenuh perhatiannya kepada mengarang buku-buku dan memberi bimbingan kepada belia-belia di negaranya. Beliau berkata; “Saya pernah ditanya tentang jenayah apakah yang paling jahat yang pernah dilakukan seseorang, jawapan saya ialah perbuatan menyesatkan moral kanak-kanak dan belia. Walau apa hukumanpun, ia tidak akan sepadan dengan jenayah manusia seperti ini.” Sambungnya lagi: “Bukankah kita sekarang hidup di dalam kabus yang menipu, di alam yang dikuasai oleh kebendaan dan melemparkan nilai-nilai kerohanian. Apalah gunanya manusia jika hal ini berlaku di seluruh dunia, yang pasti hilang jiwanya.”
Keperihatinan negarawan British ini terhadap masa depan belia sungguh mengharukan kita sebagai orang Islam. Beliau memperjuangkan nilai-nilai agama Kristian dalam sistem pendidikan belia di sana sementara banyak orang kita yang bangga memuja-muja nilai materialisme dan hedonisme dari barat dalam mendidik anak. Apa akan jadi bila seorang bapa dengan bangganya memberitahu publik dalam suratkhabar bahawa dia sengaja memperuntukkan wang RM2,000.00 seminggu untuk anak-anaknya mengundi rancangan hiburan realiti yang paling disukai ramai. Sementara anak-anak di luar bandar terpaksa berjalan kaki ke sekolah dengan jarak berpuluh kilometer kerana kemiskinan. Dan kepada ibu bapa di bandar-bandar bahkan di pelosok kampung, yang buat tak tahu dengan sikap anak-anak mereka yang bergaul bebas, lari dari sekolah, hidup untuk kesenangan dan hiburan semata-mata, di manakah nilai agama yang hendak ditegakkan? Adakah kemajuan itu diukur dengan mengikut gaya hidup metal, rock, punk, bolywood atau holywood? Siapa sebenarnya yang membiarkan anak-anak rosak, tersesat dan tak berguna?
Kembali kepada pendidikan Islam
Sebelum kehancuran itu menenggelamkan harapan sebuah keluarga, mengapa kita tidak memperbaiki keadaan dengan memulainya daripada para ibu bapa, pendidik, pemuka masyarakat, ulama, pengkaji, pensyarah, pemimpin politik, para penggiat seni dan budaya, ahli korporat dan semua lapisan masyarakat yang menjadi ikutan generasi akan datang. Berilah contoh teladan yang baik, bimbing anak-anak kita dengan nilai-nilai murni yang berlandaskan agama Allah SWT. Jangan sesatkan mereka dengan ideologi hamba nafsu dan kegilaan syahwat. Jika Motgomery bangga dengan ajaran Kristian, mengapa kita malu menerapkan ajaran Islam sebagai acuan pendidikan di rumah, di sekolah dan di tengah-tengah masyarakat?
Sesungguhnya menjaga dan mendidik anak adalah kerja yang paling berat dan mencabar, jangan dipandang remeh pekerjaan yang berupaya menghasilkan insan baru yang akan berjalan dengan ideologi kita, akhlak kita, semangat kita, kepintaran dan intelektual hasil asuhan kita, kerana kitalah yang membentuk mereka. Sabda Rasulullah SAW: ”Anak-anak dilahirkan dalam keadaan suci, ibu bapanyalah yang mencorakkannya menjadi Yahudi, Majusi atau Nasrani.” (Hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim)
Tidak sedikit ibu bapa yang lupa bagaimana menyayangi anak. Kerana sayang pada mereka bukan setakat dalam kehidupan di dunia ini sahaja, semestinya bawalah mereka sampai ke akhirat dengan kasih sayang anda untuk hidup bersama di syurga nanti.